From: djambe
Date: Fri, 19 Dec 2008 06:05:24 -0000
Subject: [b2w] surat seorang Penjual roti
To: b2w-indonesia@yahoogroups.com
Salam boseh..
Surat ini saya tujukan pada semua pekerja bersepeda di kota Bandung. Nama saya Asep. Sangat singkat, hanya Asep. Sunda pisan, padahal bapak
saya dari Jawa tengah tapi ibu saya memang asli Garut. Saya anak
tunggal dari hasil pernikahan sah ibu bapak saya. Usia saya sekarang
20 tahun, pemuda tanggung. Hanya lulus sekolah sampai SMU karena tidak
ada biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Mahal sekali masuk
universitas saat ini, sementara kemampuan otak saya biasa saja, jadi
sulit untuk mendapat beasiswa. Sekarang, saya bekerja bantu bapak dan
ibu, selain jaga warung sejak dua tahun lalu, setiap pagi saya juga
menjual roti salah satu produsen roti terkenal, melanjutkan kerja
bapak saya dulu sebagai penjual roti tradisional di selatan kota
Bandung. Walau sama – sama jualan dengan sepeda, saya lebih beruntung
karena produsen roti saya punya skala lebih besar dari tempat bapak
bekerja.
Saya menggantikan bapak jualan roti sebenarnya musibah, karena bapak
kecelakaan saat bekerja, sepedanya terserempet mobil dan sial-nya,
bapak terkilir lutut kakinya, hingga sampai sekarang sulit untuk
digerakkan, apa lagi untuk mengayuh sepeda. Walhasil saya beranikan
diri melanjukan pekerjaan bapak walau berbeda produsen. Bapak pun
mendukung selama saya tidak malu untuk berjualan roti dengan sepeda.
Lumayan untuk membantu pendapatan keluarga.
Sudah dua bulan ini saya berjualan roti, awalnya saya agak minder dan
malu, apa lagi usia seperti saya mestinya di bangku kuliah. Tapi
lambat laun perasaan itu dapat saya tekan, apa lagi sejak bertemu
dengan beberapa pesepeda dengan tulisan "bike to work" di sepeda
mereka. Beberapa diantara mereka menegur saya setiap pagi saat bertemu
saya di jalan. Entah sekedar berkata selamat pagi, ataupun membunyikan
bel sepeda mereka. Terkadang saya balas juga dengan senyum lebar
sambil memperlihatkan gigi saya yang ompong satu didepan, atau
mengeluarkan suara khas sepeda saya, "roti.. roti..".
Saya salut melihat rekan – rekan bike to work, walau saya tidak
terlalu pintar bahasa inggris, tetapi saya tahu maksud tulisan itu
artinya, bersepeda ke kantor. Mereka tidak malu untuk bersepeda di
zaman yang terbilang sudah modern ini, padahal masih muda–muda dan
beberapa diantaranya punya jabatan hebat di bandingkan saya hanya
pedagang roti. Di tengah himpitan kendaraan bermotor, mereka masih
bisa tersenyum dan terlihat riang saat bersepeda. Terkadang saya
melihat mereka tersenyum sendiri diatas sepeda, tidak memperlihatkan
wajah lelah, atau sekali waktu saya melihat mereka bergerombol pergi
makan bersama ke daerah atas di dago. Seperti keluarga.
Awalnya saya fikir produsen roti tempat saya bekerja sudah gila
meminta kami para pekerja berjualan dengan sepeda. Sekarang dengan
melihat para pekerja bersepeda itu sedikit banyak saya sudah mengerti
maksud dan tujuan pimpinan saya. Terkadang, ingin saya berhenti
sekedar untuk berkenalan dengan para pekerja bersepeda itu dan tanya
apa motivasi mereka, dan ingin pula saya meminta papan tulisan "bike
to work" seperti yang tergantung di sepeda mereka, rasanya sepeda saya
akan terlihat keren. Atau mungkin ikut bersepeda bersama mereka,
bergabung saat ada acara sepeda santai dan syukur–syukur saya bisa
dapat hadiah.
Saya yakin, teman–teman satu cara berdagang seperti saya yang juga
menggunakan sepeda pasti berfikir sama, mbok–mbok jamu, tukang
koran, tukang bangunan bahkan para pemulung bersepeda itu pasti ingin
sepeda mereka bertempelkan tulisan "bike to work" dimana ya bisa saya
dapatkan?? Atau, papan tulisan itu memang hanya anggota kelompok
perkumpulan sepeda tertentu saja?? Padahal saya fikir sangat banyak
pekerja bersepeda lain yang mana belum memiliki papan tulisan itu,
tentu seru jika di jalanan kota bandung di penuhi sepeda dengan tulisan
"bike to work"
Satu lagi, terkadang saya takut kalo membawa sepeda di jalan raya kota
Bandung, karena sangat tidak ramah bagi kendaraan tidak bermotor
seperti sepeda atau becak, bahkan kuda. Motor kebut–kebutan atau
mobil angkot yang berhenti sembarangan bahkan mobil pribadi acap kali
melanggar lalu lintas. Kejadian menimpa bapak saya di salah satu jalan
daerah Universitas swasta di lengkong adalah bukti semrawutnya jalanan
kota Bandung serta tidak ramah bagi pengendara sepeda. Tidak ada rambu
-rambu untuk sepeda, padahal posisi bapak sudah paling sebelah kiri
jalan untuk menghindari kendaraan bermotor, tapi dari arah berlawanan
sebuah mobil melaju cepat hingga menyerempet box roti di sepeda bapak
saya, dan jatuhlah bapak saya dengan dengkul terkilir. Mungkinkah
dibuatkan jalan untuk sepeda di kota bandung? Agar pekerja bersepeda
seperti saya dan teman–teman bike to work lebih merasa aman dan
terlindungi.
Salam,jangan lupa beli roti saya ya?
-----------------
Mengharukan ya? Hiks..
Friday, December 19, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment